Minggu, 03 Januari 2010
Ketidakramahan Jakarta
Minggu pagi ini sekitar jam 6, saya dalam perjalanan menuju bandara untuk berangkat ke Solo. Melewati rute Transjakarta halte Gedung Kompas-Gramedia, seorang bapak lari pagi pas di pinggir sebelah kanan jalur Transjakarta.
Pertanyaan langsung muncul di benak. Bapaknya yang nekad lari pagi di jalur busway atau pemerintah kota Jakarta yang memiliki kebijakan tidak ramah lingkungan (termasuk manusia, tanaman, dan hewan)?? Terlepas dari jalur busway yang di beberapa ruas jalan memang mengurangi lahan hijau terbuka.
Kurangnya ruang terbuka publik mungkin salah satu alasan mengapa bapak itu-dan mungkin juga masyarakat lain-beraktivitas tidak sesuai tempatnya.
Jakarta yang telah kehilangan banyak lahan terbuka hijau, membutuhkan lebih banyak barang publik semacam itu daripada ruang publik yang didominasi sektor swasta (pesatnya pembangunan pusat perbelanjaan menjadi indikator dominasi swasta). Ya, berbelanja memang merupakan kebutuhan manusia. Tapi di dalam kebutuhan itu juga masih ada skala prioritas bukan?
Mengapa tidak masyarakat yang didahulukan? Sekedar membuat taman, area hijau di banyak titik di ibukota mampu mengurangi dampak negatif polusi, dampak negatif kemacetan, dan juga masyarakat memiliki alternatif solusi rekreasi ketimbang setiap hari disuguhi pemandangan pusat perbelanjaan modern.
We are pleased to build modernity, but besides there are some things that need more than just society-friendly. Society-friendly + Modernity = good city ambience.
Let's start.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar