Jumat, 08 Agustus 2014

In Everything That We Do, There Will Always Be A Tiny Little Things that Need Attention

Here I'm talking about the jobs that we work in. Some of my friends, maybe most, already step their feet on to their first job, or second, even third job after graduate from university.

I always remember a phrase that stated "Do what you love, Love what you do". I don't even know who said that. But the only thing I know is that, now the phrase has deeper meaning than I thought I knew. Especially when I already taste what it feels like to work.

The idea of an ideal work or working place that mostly influenced by my lecturers in university and people I follow on twitter, like @ReneCC or @yoris, kind of shape my mind that: we should do what we love. Well at least if we still couldn't found it and maybe too tired (or too lazy) to look again for it, we need to love what we do. In words, it is that simple.

But not that simple in action.

No, I'm not trying to persuade you with negative thought, in fact personally I try to avoid negative mind, but reality is sometimes too complex to be simplified. I'll take myself for the example. I work for a multinational market research consultants/agency in Jakarta, when first I found out about market research I found it extremely interesting to work with the data, information, knowledge, insight, and so on. I knew about market research from a marketing magazine named "Marketeers".

Until now I still find it interesting, but...

The reality is not only about big flashy facts that we usually read on newspaper, magazines, books, articles, or whatever. Those big interesting facts need a lot of hard work than I thought before. More attention to detail. Tiny little things need to be done before we can pull the insight. Before the presentation is ready to be presented. Before the infographic is ready to be published.

Lucky me, I work in a company where learning process is praised. Everybody is encouraged to learn more everyday. To learn new thing is a challenge.

An ideal work is a state of mind. We are the one who decide what the definition of ideal is and how to get there. The company you work in will never able to shape the ideal framework of the workplace. Of course they're trying to, but the concept of ourselves lies in our mind.

So I think for fresh graduates out there, the thing that all of us need to realize is that in everything that we do, there will always be a tiny little things that need attention. Sometimes it's so much you wanna get out from the tasks. Even in something that we love.

I think I love economics, so I need to be ready to face everything. I mean, everything. Obstacles, screwed up research, you name it. To earn the point and to climb the ladder to get that BIG FLASHY FACTS!

So don't turn your back when you face this kind of situation.



Have a great day! :)

Kamis, 24 Juli 2014

Cerita Pagi

Pagi ini di depan kantor gue ada perbaikan jaringan Telkom yang lebih masif dibandingkan hari-hari sebelumnya sehingga pedestrian dari halte busway Karet (lama) ke Wisma Metropolitan (WTC) sulit dilalui orang. Ada galian jaringan di sana-sini.

Tiba-tiba pas gue jalan ada bapak-bapak yang kerja untuk proyek perbaikan jaringan itu jalan di depan gue dan dia merunduk.

Menyingkirkan batu di depan gue yang mengganggu jalan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,ia mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Setiap persendian manusia ada sedekahnya setiap hari di mana matahari terbit di dalamnya, kamu mendamaikan di antara dua orang adalah sedekah,kamu membantu seseorang untuk menaikkannya di atas kendaraannya atau mengangkatkan barangnya di atasnya adalah sedekah, kalimat yang baik adalah sedekah, pada tiap-tiap langkah yang kamu tempuh menuju shalat adalah sedekah, dan kamu membuang gangguan dari jalan adalah sedekah.”(HR.al-Bukhari ,no.2989 dan Muslim, no 1009)

Sekian cerita pagi ini. :)

Have a great day, y'all!


Jumat, 03 Januari 2014

Gue sih Nggak Mau

Tertantang gue rasanya ketika ternyata banyak orang di sekitar gue yang sangat antipati terhadap pemerintah. Pemerintahan yang saat ini tidak mampu hanya untuk sekedar membuat masyarakat mendukung pemimpinnya, mendukung pemerintahan.

Soekarno bilang: "Beri aku sepuluh pemuda, maka akan aku ubah dunia."
Besar harapan Soekarno pada pemuda, dan harusnya memang pemuda mampu memberi harapan ke arah yang lebih baik. Sesederhana orangtua yang menaruh harapan kepada anak-anaknya agar dapat hidup lebih baik dibandingkan orangtua mereka. Dibandingkan pendahulu mereka. Sesederhana itu.

Generasi Y. Generasi yang lahir pada periode 1980an dan 2000an, dikenal juga dengan istilah millennial generations. Pada tahun 1987, Strauss and Howe menggunakan tahun 1982 sebagai awal tahun kelahiran dan tahun 2004 sebagai akhir tahun kelahiran generasi milenial (http://en.wikipedia.org/wiki/Millennials). Generasi yang familiar dengan teknologi mutakhir, tech-savvy, bahkan start-up teknologi banyak sekali yang dibangun oleh orang-orang dari generasi Y.

Iya, itu generasi gue. Generasi kita. Generasi yang dalam 10-20 tahun lagi akan jadi orang-orang yang berperan jadi penyelenggara negara, pemegang kepentingan besar, dan banyak hal besar lainnya.

KITA PUNYA KEKUATAN BESAR.

Kekuatan untuk mengembalikan kepercayaan kita, sesama masyarakat, kepada pemerintahan.
Kekuatan untuk menyuarakan apa yang seharusnya jadi hak dan kewajiban pemerintah, hak dan kewajiban warga negara, dan menyejahterakan warga negara. Mengejar pertumbuhan ekonomi dan mengurangi angka koefisien gini.


KEKUATAN, bukan Ketakutan.

POSITIF, bukan Negatif.

PARTISIPATIF, bukan Apatis.

Ayo bareng-bareng kita ubah diri sendiri untuk lebih baik, jadi lebih baik untuk diri sendiri dan kepentingan bersama. Emang masih mau nanti ketika punya anak-cucu lalu Indonesia masih gini-gini aja? Masih ngga layak untuk disebut sebagai negara besar?

Gue sih nggak mau.

Ngga ada yang bilang ini mudah, tapi ngga ada yang bilang ini mustahil.
Barangkali memang sulit, tapi MUNGKIN.